Malam di Sanggar Teratai
oleh Nuraini Juliastuti

Beginilah suasana di stasiun radio milik Sanggar Teratai. Di gambar, tampak Rukmini sedang siaran. Kami malah tidak sempat memotret suasana saat Caridi dan Juned siaran. Gambar ini diambil pada 2 Mei 2010 oleh Yuli Andari Merdikaningtyas.
Malam itu (27 April 2010), Sanggar Teratai terasa ramai. Dari sanggar inilah kami mendapat kontak-kontak awal informan riset handphone di Desa Amis. Sanggar yang bertujuan utama mengikis perdagangan manusia (khususnya perempuan dan anak-anak) di level lokal ini sangat populer di desa yang memang dikenal luas sebagai salah satu sumber tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri. Terlepas dari sikap umum masyarakat desa terhadap sanggar tersebut, baik yang pro maupun kontra, bagi sebagian besar anak-anak dan remaja yang di sana, ia telah mapan sebagai tempat tongkrongan yang nyaman.
Kakak beradik Rusmini dan Caridi ada. Juned juga ada. Kebetulan Juned sedang siaran radio dari jam 6 sampai 8 malam nanti. Stasiun radio ini milik sanggar ini, dan awalnya dipergunakan untuk kepentingan publikasi program pencegahan trafficking pekerja seks dan anak. Namanya Santai FM. Sore tadi Caridi bercerita asal muasal penamaan stasiun radio ini. “Awalnya kami menamainya Santer–kependekan dari Sanggar Teratai. Karena kata ‘santer’ itu sendiri kan artinya ‘cepat’. Tapi lantas ada yang usul ‘Santai’, singkatan dari Sanggar Teratai juga. Kedengarannya bagus, ya udah, Santai FM”.
Caridi main gitar. Rusmini sedang asyik dengan handphonenya. Anak-anak yang lain main drum kecil, atau ngobrol sambil main ayunan. Lagu Armada “Mau dibawa kemana” mengalun di belakang. Juned sedang asyik bicara di depan mike sambil pilih-pilih lagu di komputer di depannya. Ia sibuk menyampaikan sms-sms berisi kiriman-kiriman salam dan request lagu-lagu pop Indonesia.
jam 8 malam sekarang. Juned bersiap mengakhiri acara. Caridi menanggalkan gitar dan masuk ke dalam ruangan. Sekarang gilirannya siaran.

