Artikel Terbaru

Viking Kota Mangga

oleh Nuraini Juliastuti

Ketika saya tunjukkan gambar-gambar tentang suporter berat Persib ini, Ayu (16th), informan yang baru saja saya temui tadi sore, mengatakan bahwa saya telah memotret markas lama para Viking, begitu biasanya para suporter Persib ini minta disebut. Markas ini terletak di daerah Paoman, sentra batik kota ini. Saat saya dan Andari melewati depannya, rumah itu memang dalam keadaan tertutup. Hanya ada aneka lukisan di dinding-dinding rumah dan tembok pagar berwujud lambang Persib dan Viking yang menunjukkan hubungan erat antara rumah itu dengan kesebelasan sepak bola tersebut.

Dalam usaha kami mencatat hal-hal yang menjadi sumber inspirasi anak muda, kehadiran Viking dari Indramayu ini sangat menarik. Mengapa banyak anak muda Indramayu mengidolakan Persib? Tetapi dua minggu lalu, saya berpapasan dengan sebuah truk yang mengangkut rombongan superter Persija Jakarta alias The Jak di perempatan Pasar Trisi.  Apakah popularitas Persib dan Persija ini terjadi semata-mata karena kedekatan geografis? Sementara ini, saya berhenti di pemikiran bahwa mungkin pengkultusan Persib dan Persija itu terjadi karena kota ini sendiri tidak punya kesebelasan sepak bola yang bisa dibanggakan. (Semua foto diambil oleh Yuli Andari Merdikaningtyas)

Lihat Aksi Caridi di Singa Dangdut Dwi Putra

oleh Nuraini Juliastuti

Jika sedang musim panen seperti ini, rata-rata 3 sampai 4 kali dalam seminggu, kelompok Singa Dangdut Dwi Putra sibuk manggung baik di desa-desa sekitar Desa Amis, maupun di wilayah-wilayah dalam kota Indramayu. Sebagai MC, Caridi punya posisi penting di kelompok itu. Bisa dibilang ia berfungsi sebagai mobilisator massa, menarik perhatian orang di jalanan supaya tertarik untuk ikut jalan kaki mengikuti kemana band itu bergerak, juga dengan caranya sendiri, menambah semangat para pemain. Rangkaian foto di bawah ini bercerita saat Singa Dangdut Dwi Putra ditanggap untuk main di pesta sunatan salah seorang anak di Desa Amis. (Semua foto diambil oleh Yuli Andari Merdikaningtyas)

Iring-iringan diawali dengan beberapa pemuda menggotong singa-singaan raksasa dengan beberapa anak--baik yang disunat maupun temannya--menungganginya.

Singa-singaan itu lantas diikuti oleh semacam gerobak dimana seluruh pemain band--minus penyanyi--berada di atasnya sambil memainkan alat musik sepanjang jalan.

Caridi beraksi. Di depannya adalah mbak vokalis Singa Dangdut Dwi Putra. Saya lupa menanyakan siapa namanya.

Dan di belakang semuanya, ada sebuah genset, sumber listrik bagi kelompok musik ini.

Dan kita berloncatan tak henti-henti di medan komunikasi (bagian 3)

oleh Nuraini Juliastuti

Mas Sigit, pemilik Trisi Komsel yang berlokasi persis di belakang Pasar Trisi, bercerita bahwa dirinya dulu sempat membuka bisnis wartel. Masa keemasan bisnis wartel dikatakannya terjadi pada periode tahun 2001 sampai 2005. Saat itu arus lalu lintas telepon ke luar negeri sedang sangat ramai. Mengingat peluang keuntungan yang diperoleh, banyak orang ikut-ikutan membuka wartel, meski akhirnya semua berguguran satu demi satu, tidak kuasa menahan gempuran popularitas handphone. Gambar di atas adalah peta wartel yang pernah ada di sekitar Pasar Trisi. Peta dibuat oleh Mas Sigit, berdasarkan ingatannya.



Situs ini menggunakan lisensi Creative Commons Lisence BY-SA-NC.
RSS // Ruang Laba